Kamis, 17 Juni 2010

Catatan tgl 13 Oktober 2009

Bismillahirrahmaanirrahiim

Pada Akhirnya semua akan kembali pada yang empunyaNya, segala bentuk amanah yang diemban akan dipertanggung jawabkan di hadapan Alloh SWT, tak ada yang terlewatkan satupun. Pada saat manusia hidup itu di bagi menjadi 3 bentuk macam manusia, yang pertama manusia yang kafir yaitu tidak mematuhi segalah perintah Alloh SWT dengan kata lain berbuat sesukanya. Yang kedua manusia yang ahli ibadah selalu taat kepada Alloh SWT, selalu menjalankan perintah Alloh SWT dan hanya fokus ibadah kepada Alloh SWT. Manusia yang ketiga ini adalah seorang yang taat kepada Alloh SWT dan peduli dengan lingkungan sekitar terhadap ketaatan kepada Alloh SWT atau beramal ma’ruf nahi mungkar. Secara pembagian, yang rugi adalah orang yang masuk dalam golongan manusia yang pertama dan yang kedua. Mungkin dari sebagian orang beranggapan golongan manusia yang kedua dalam posisi aman seperti golongan ketiga. Akan tetapi anggapan itu salah besar, ancaman Alloh SWT ternyata menimpa atau akan terkena pada golongan manusia yang pertama dan yang kedua. Loh ko bisa begitu??? Lihat Quran Surat Al Maidah: 2 “ …Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Alloh, sesungguhnya Alloh amat berat siksa-Nya”

Alloh SWT juga memperingatkan kita untuk tidak membiarkan kemaksiatan yang terjadi didepan mata kita.

Jika kita hanya asik dengan ibadah kita, memepertebal kesholihan pribadi kita dan tidak menghiraukan orang lain di lingkungan kita yang berbuat kerusakan baik kerusakan moral ataupun kerusakan alam, maka Alloh SWT tidak segan-segan akan menimpakan musibah, tidak hanya menimpa para pelaku saja akan tetapi akan menyeluruh kepada masyarakat sekitarnya. Lihat QS:Al Anfal:25 “ Dan takutlah kalian terhadap fitnah (musibah, petaka, bencana, siksa) yang benar-benar tidak hanya menimpa orang-orang dhalim di antara kalian secara khusus. Dan ketahuilah bahwasanya Alloh Maha Dahsyat siksa-Nya”

Itu sepenggal mukadimah, dalam menelaah dan merenungi tugas kita sebagai seorang hamba. Hari itu tgl 30 september 2009, tepat 1 hari setelah hari lahirku 25 tahun yang lalu. Hari berjalan seperti rutinitas hari lainnya, pulang kerja sekitar pukul 17.05 aku dan teman pergi ketempat salah satu salon muslimah di daerah yang tak jauh dari tempat kita bekerja. Saat berada di tempat salon, tak terasa sambil menunggu adzan maghrib, ada seorang teman yang meng SMS dengan menanyakan kabar kondisi keluarga di padang, saat itu aku benar-benar “ga” tau apa yang terjadi, teman tadi mengabarkan bahwa “terjadi gempa di padang dengan kekuatan 7,6 skala richter”. Langsung aku me “reply” sms dan menanyakan “tepatnya di daerah mana?”. Lalu teman menjawab “gempa terjadi di daerah pariaman” Saat itu aku berfikir bahwa daerah tempat nenek, paman dan bibi jauh dari pariaman karena mereka tinggal di kota padangnya.

Ternyata petugas salon muslimah itu ada yang menangis, karena ternyata dua dari 8 petugas salon muslimah itu berasal dari padang juga, dan teman yang pergi bersama aku ke salon muslimahpun berasal dari padang tepatnya dari pariaman. Suasana di salon itu jadi semakin resah dan gaduh, karena setiap nomer pesawat komunikasi yang kami hubungi untuk mengetahui keadaan disana tidak ada yang tersambung. Aktifitas salon dihentikan dan kami langsung menonton televisi yang menyiarkan secara “live” laporan mengenai gempa di padang. MasyaAlloh ternyata, tidak hanya pariaman yang rusak parah, kota padangpun termasuk daerah parah yang terkena goncangan gempa. Hati semakin kacau, karena tidak ada satupun yang bisa di hubungi. Saking paniknya jadi lupa menghubungi keluarga dirumah untuk menanyakan nomer lain yang bisa dihubungi kepadang, ternyata mereka belum ada yang tau kabar ini, jadi kabar gempa di padang baru mereka ketahui setelahaku telepon. Semua menghubungi, tapi tetap tak ada yang tersambung. Awalnya karena dengar kabar pusat gempa di pariaman, aku langsung menanyakan pada temanku, karena setauku ibu dan adiknya sedang pergi kepadang, Alhamdulillah ibu dan adiknya sedang dalam perjalanan ke Jakarta. Tak lama kakakku mengSMS nomer telepon yang lain, yang mungkin bisa dihubungi, Alhamdulillah terdengar nada sambung, diangkat oleh bibi yang rumahnya tidak jauh dari nenek meskipun terpisah oleh sungai. Bibi mengatakan beliau terkena gempa dan merobohkan sebagian dari rumah belakang. Saat itu, bibi belum bisa pergi jenguk nenek.

Akan tetapi mereka mendapatkan kabar bahwa rumah nenek dan rumah bibiku yang lain yang bersebelahan dengan rumah nenek ikutan roboh. Alhamdulillah aku dapat kabar bahwa mereka selamat. Itulah mungkin sekelumit beberapa perasaan sanak saudara yang ingin mengetahui keadaan saudaranya yang lain yang sedang tertimpa bencana.

Akan tetapi dari semua bencana alam yang terjadi, itu semua merupakan peringatan dari Alloh SWT bagi kaum yang berfikir. Alloh SWT melihat respon dari hambanya ketika ia diberi cobaan seperti ini, apakah ia berputus asa atau ia merenungi segala dosa yang telah diperbuat??? Cepat sekali jika Alloh SWT berkehendak, dengan sekali Alloh berkata “kun (jadi) fa yakun (maka jadilah), tidak ada persekian detik Alloh menginginkan sesuatu, maka terjadi. Seperti dalam QS: Al Insyiqaq: 1-6 “Apabila langit terbelah, dan langit itu mengikuti (perintah) Tuhannya dari semestinyalah begitu, dan apabila bumi diratakan, dan bumi mengeluarkan apa yang ada di dalamnya dan bumi menjadi kosong, dan bumi itu mengikuti perintah TuhanNya dan semistinyalah bumi itu mengikuti, Wahai manusia, sesungguhnya kamu bekerja keras dengan benar-benar utnuk (menuju) kepada Tuhanmu maka pasti kamu akan menemuiNya”.

QS: Ar Ruum:41 “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Alloh menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”. Dari semua peristiwa yang terjadi di alam ini, Alloh SWT ingin menunjukkan eksistensinya kepada hambanya yang sangat sombong. Saudaraku seiman, coba renungkan apakah cobaan ini atau musibah yang diberikan Alloh SWT hanya untuk peringatan bagi kaum yang berdosa??? Tidak saudaraku, banyak sekali orang-orang yang tidak berdosa yang wafat atau kembali kepada Alloh SWT dalam kondisi terkena gempa, tsunami, longsor atau kejadian alam lainnya. Sekali lagi renungkanlah mukadimah dari artikel ini.

Saat ini, satu pertanyaan untuk kita semua “Bagaimana dengan diri kita??????”, apa kita mengaku sebagai orang yang peduli terhadap lingkungan sekitar, mengaku para pelaku dakwah, para pecinta kebenaran, benci pada kemungkaran. Sepertinya semua pengakuan itu terlalu sombong dan terlalu cepat jika kita mengaku sebagai pendukung kebaikan, bisa jadi kitalah yang menjadi penyebab turunnya musibah. Dengan masih melakukan maksiat diam-diam, meskipun orang lain melihat secara kasat mata kita seorang yang sholih… maksiat diam-diam banyak sekali, dari niat hati yang ingin dipuji, masih mudah tergoda dengan bujuk rayu wanita dan tahta. Dan bisa jadi kita sudah tahu dan berilmu akan tetapi justru kita sendiri yang melanggar dan melakukan maksiat. Satu lagi teman…, bisa jadi ilmu yang kita dapat dari seorang guru atau orang yang fakih tidak kita amalkan. Itulah kita, tempatnya lupa dan khilaf. Hanya kepada Alloh SWT kita memohon perlindungan dari segala kelamahan kita.

Satu kalimat motivasi untuk kita semua

” marilah kita menjaga diri kita, keluarga, masyarakat, negeri ini dari kemaksiatan dan kemungkaran yang terjadi”

Wallohu’alam

Hamba yang dhoif..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar