Rabu, 28 April 2010

Takahashi, 5 menit menuju surga




oleh: Muhammad Yusuf Efendi


– Kuringgu… kuringgu …. kuringgu!!! (kring …kring …kring..). Suara telepon rumah Muhammad berbunyi nyaring.

Muhammad: Mosi mosi? (Hallo?)

Takahashi: Mosi mosi, Muhammad san imasuka ? (Apakah ada Muhammad?)

Muhammad: Haik, watashi ha Muhammad des. (Iya saya).

Takahashi: Watashi ha isuramu kyo wo benkyou sitai desuga, osiete moraemasenka? (Saya ingin belajar agama Islam, dapatkah Anda mengajarkan kepada saya?)

Muhammad: Hai, mochiron. (ya, sudah tentu.)

Percakapan pendek ini kemudian berlanjut menjadi pertemuan rutin yang dijadwalkan oleh dua manusia ini untuk belajar dan mengajar agama Islam.

Setelah beberapa bulan bersyahadat, Takahashi kian akrab dengan keluarga Muhammad. Dia mulai menghindari makanan haram menurut hukum Islam.

Memilih dengan hati-hati dan baik, mana yang boleh di makan dan mana yang tidak boleh dimakan merupakan kelebihannya. Terkadang tidak sedikit, keluarga Muhammad pun mendapatkan informasi makanan-makanan yang halal dan haram dari Takahashi.

“Pizza wo tabenaide kudasai. cheese ni ra-do wo mazeterukara.. (Jangan makan pizza walau pun itu adalah cheese, karena di dalamnya ada lard, lemak babi)”, nasihatnya di suatu hari. Takahashi mengetahui informasi semacam ini karena memang kebiasaan tidak membeli pizza, atau makanan produk warung di Jepang memang sudah terpelihara sebelumnya di keluarga Muhammad.

Toko kecil makanan halal milik keluarga Muhammad, menjadi tumpuan Takahashi dalam mendapatkan daging halal. Suatu ketika Takahashi ingin makan daging ayam kesukaannya, tapi dia ngeri kalau melihat daging ayam bulat (whole) mentah yang ada di plastik, dan tidak berani untuk memotongnya. Dengan senang hati, Muhammad memotong ayam itu untuk Takahashi. Dia potong bagian pahanya, sayapnya, dan badannya menjadi beberapa bagian.

Setiap pekan, Takahashi terkadang memesan sosis halal untuk lauk, bekal makan siang di kantor. Setiap pagi ibunya selalu menyediakan menu khusus (baca: halal) untuk pergi ke kantor tempat dia bekerja. Sebagai ukuran muallaf Jepang yang dibesarkan di negeri Sakura, luar biasa kehati-hatian Takahashi dalam memilih makanan yang halal dan baik. Terkadang Muhammad harus belajar dari Takahashi tentang keimanan yang dia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Pernah dalam suatu percakapan tentang suasana kerja, Takahashi menggambarkan bagaimana terkadang sulitnya menjauhi budaya minuman sake di lingkungan tempat kerjanya. Di Jepang, suasana keakraban hubungan antara atasan dan bawahan atau teman bekerja memang ditunjukkan dengan saling memberikan minuman sake ke gelas masing-masing.

Dalam kondisi hidup ber-Islam yang sulit, Takahashi ternyata terus melakukan dakwah kepada ibunya. Beberapa bulan kemudian akhirnya ibunya pun menjadi muallaf dengan nama Qonita, nama pilihan Takahashi sendiri buat ibu yang dia cintainya. Sampai saat ini, bagaimana dia mendapatkan nama itu, tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali Takahashi.

Beberapa bulan berlalu, pertemuan kecil-kecilan berlangsung …terlontar dari mulutnya suatu kalimat.

“Watashi ha kekkon simasu (Saya mau menikah)….”, ujarnya.

Dengan proses yang panjang, akhirnya dia mendapatkan jodohnya, wanita Jepang yang cantik, yang dia Islamkan sebelumnya. Setahun kemudian, suatu hari Takahashi datang ke rumah Muhammad dengan istrinya yang berkerudung, ikut serta juga buah hati mereka yang telah hadir di dunia ini.

Pada suatu hari, iseng-iseng Muhammad bertanya kepada Takahashi, “Apa yang menyebabkan Takahashi lebih tertarik dengan Islam?”

“Sebenarnya saya belajar juga Kristen, Budha dan Todoku (Agama moral) selain Islam,” Takahashi menjelaskan.

“Masih ingat dengan telepon kita dulu? Waktu pertama kali aku telepon ke Muhammad beberapa bulan dulu”, sambungnya.

“Iya ingat sekali”, jawab Muhammad.

“Kita waktu itu membuat perjanjian untuk bertemu di suatu tempat bukan?”, tanya Takahashi.

“Iya benar sekali”, sambung Muhammad lagi sambil mengingat-ingat kejadian saat itu.

“Saya sungguh ingin mantap dengan Islam, karena Muhammad datang 5 menit lebih dulu dari pada waktu yang kita janjikan, dan Muhammad datang terlebih dahulu dari pada aku. Muhammad pun menungguku waktu itu”, jawab Takahashi beruntun.

“Karena itu aku yakin, aku akan bersama dengan orang-orang yang akan memberikan kebaikan”, sambungnya lagi.

Jawaban Takahashi membuat Muhammad tertegun, Astaghfirullah sudah berapa kali menit-menitku terbuang percuma, gumam Muhammad.

Begitu besar makna waktu 5 menit saat itu untuk sebuah hidayah dari Allah SWT. Subhanallah, 5 menit selalu kita lalui dengan hal yang sama, akan tetapi 5 menit waktu itu sungguh sangat berharga sekali bagi Takahashi.

Bagaimana dengan 5 menit yang terlewat barusan, milik Anda?



http://www.dakwatuna.com/2010/takahashi-5-menit-menuju-ke-surga/

Di sekitar Arsy ada menara2 dari Cahaya. Di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari Cahaya&wajah mereka Bercahaya. Mereka bukan para Nabi & Syuhada,hingga para Nabi&Syuhada iri kepada mereka. Ketika ditanya oleh para sahabat, Rasululloh saw menjawab"Mereka adalah orang2 yang saling mencintai karena Alloh,saling bersahabat karenaAlloh,saling berkunjung karena Alloh & saling memaafkan karena Alloh" (HR.Tirmidzi)

Selasa, 27 April 2010

Riyadhoh ceria ^_^


Bismillah....
Selasa, tgl 27 April 2010
Iseng-iseng nulis nih..., habis tadi chatting sama temen di suruh buat tulisan, yaudah di coba deh...temanya tentang kesehatan. Tapi ini semua juga berawal dari ane yang minta tolong ke dia buatin tulisan narasi sedikit tentang kegiatan olahraga(riyadhoh) badminton khusus akhwat yang diadakan ahad kemaren di lapangan indoor dekat kelurahan kami. Eh...jadi sekarang ane yang nulis deh... Yah ga' papa deh... Hitung-hitung latihan membuat suatu tulisan.

Jadi begini ceritanya.
Ahad pagi sekitar jam 6 kami sudah siap-siap dari rumah masing-masing menuju lapangan indoor yang sudah kami sepakati. Mulai tanding jam 6.30, awalnya kami hanya berpasang-pasangan dan memukul bola sebisanya tanpa teknik yang jelas. Maklum pemula, hehehe ^_^ Seruuu sih...., kami ber 16 orang tapi lapangan cuma 2. hihi, bisa di bayangkan, satu lapangan yang normalnya diisi maksimal 4 orang , ini bisa 6 orangan. Ga ada pelatih, yang jelas kami pemain amatiran. Sempet berfikir wah kaya'nya klo cuma' mukul-mukul bola doang dan ga' ada kompetisinya kurang seru nih...,



Akhirnya dari ane tercetuslah ide untuk ada pertandingan. kebetulan yang hadir ada beberapa anak-anak murid binaan (binaan ini ane beri nama "Fatimah Az Zahra") sedangkan selebihnya temen-temen dari kewanitaan salah satu Partai yang Kita Sayangi (tidak perlu dijelaskan terlalu jelas, tapi ngerti khan?) Mereka sepakat dengan ide ane untuk berkompetisi, tidak ada hadiah sih...tapi yang dipertaruhkan adalah kehormatan masing2 kelompok (halah...biasa aje kali) pertandingan partai pertama dari kelompok fatimah az zahra diwakili oleh puji & hana sedangkan dari kewanitaan diwakili oleh mba mei & mb inong. Pertandingan berlangsung seimbang diawal sesi pertama, sedangkan di pertengahan sampai akhir dari kelompok kewanitaan memimpin dengan skor 10-15. Sempat berganti pemain juga, dari fatimah az zahrah digantikan oleh alifah & sulis sedangkan kewanitaan mb ika & mb wati, tapi tetap Fatimah Az Zahrah terkalahkan oleh kelompok kewanitaan dengan skor 5-15.

Pada saat pertandingan mereka, ane yang jadi juri. Karena kepengen berkompetisi juga, akhirnya diadakan satu partai tambahan lagi. Akan tetapi semua perwakilan dari kewanitaan (secara ane juga anggota kewanitaan) ane berpasangan dengan mb mei melawan mb inong & mb wati (biasa ane panggil 'one' coz she is my sister) Wah... sangat menegangkan, penonton dari fatimah az zahra "heboh" dengan berteriak & bertepuk tangan untuk menyemangati kami bertanding. Sama kuat set pertama dengan skor 12-15 yang di menangi oleh tim kami (yeeeeee menang, senangnya) masih belum berakhir, dilanjutkan set kedua yang ga' kalah seru...Nyaris kekejar skornya, tapi Alhamdulillah tim ane menang lagi dengan skor 14-15. Hehehe, seru khan??? Seneng deh bisa riyadho rame-rame, yang jelas semuanya diniatkan karenaAlloh Swt.

Ga cuma keceriaan yang di dapet tapi kesehatan pun terjaga. karena “Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia'' demikian sabda Nabi Muhammad SAW.
Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi Rabbani yang kuat dan sehat. Oleh karenanya, Islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah,berenang, dan berkuda, dll jenis olah raga yang bermanfaat untuk kesehatan individu. Islam agama yang sangat manfaat yah...

Tapi ada cerita lucu dari kakak ipar ane (ka dedi), ini berawal dari kami bercerita betapa serunya tadi kami riyadhoh badminton. eh...kadedi menanggapi dengan santai " Pilih olahraga itu yang disaranin sama Rosululloh...yang bisa menyelamatkan jiwa kita, kaya berenang salah satunya" terus ane tanggapin aje, "yang namanya olagraga apa pun pasti ada manfaatnya ko ka dedi" eh...terus kadedi jawab lagi "coba kalo ada banjir besar, ada orang yang mo narik kita minta tolong, harusnya khan di tolong bukan malah pake teknik menangkis seperti main bulu tangkis" sambil bergaya dia bilang "eits...gw tangkis lo..." ane dan kakak ane (one) langsung ketawa geli liat kadedi memperagakan ceritanya. MasyaAlloh, bener juga ye....mana ane ga' bisa berenang lagi...Tapi rencana dari temen-temen, InsyaAlloh kita mau berenang & main footsal. Tapi mesti di sesuaikan jadwalnya pada bisanya kapan. Untuk sementara yang rutin tiap pekan hanya badminton aja. Yah lumayan lah, bisa bikin badan bugar.

Pernah dengarkan sabda Rosululloh saw "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih cinta kepada Allah daripada orang mukmin yang lemah...” (Hadis Riwayat Bukhari)
Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia, sebab apabila seseorang melakukan olahraga dengan teratur akan membawa pengaruh yang baik terhadap perkembangan jasmaninya. Selain dari berguna bagi pertumbuhan kepada perkembangan jasmani manusia, juga memberi pengaruh kepada perkembangan rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan efesiensi kerja terhadap alat-alat tubuh, sehingga peredaran
darah, pernafasan dan pencernaan menjadi teratur

So...Yuks Hidup Sehat...^_^

Senin, 26 April 2010

Kisah Tsa'labah


Seorang sahabat Nabi yang amat miskin datang pada Nabi
sambil mengadukan tekanan ekonomi yang dialaminya.
Tsa'labah, nama sahabat tersebut, memohon Nabi untuk
berdo'a supaya Allah memberikan rezeki yang banyak
kepadanya.

Semula Nabi menolak permintaan tersebut sambil
menasehati Tsa'labah agar meniru kehidupan Nabi saja.
Namun Tsa'labah terus mendesak. Kali ini dia
mengemukakan argumen yang sampai kini masih sering
kita dengar, "Ya Rasul, bukankah kalau Allah
memberikan kekayaan kepadaku, maka aku dapat
memberikan kepada setiap orang haknya".

Nabi kemudian mendo'akan Tsa'labah.

Tsa'labah mulai membeli ternak. Ternaknya berkembang
pesat sehingga ia harus membangun petenakakan agak
jauh dari Madinah. Seperti bisa diduga, setiap hari ia
sibuk mengurus ternaknya. Ia tidak dapat lagi
menghadiri shalat jama'ah bersama Rasul di siang hari.
Hari-hari selanjutnya, ternaknya semakin banyak;
sehingga semakin sibuk pula Tsa'labah engurusnya.
Kini, ia tidak dapat lagi berjama'ah bersama Rasul.
Bahkan menghadiri shalat jum'at dan shalat jenazah pun
tak bisa dilakukan lagi.

Ketika turun perintah zakat, Nabi menugaskan dua orang
sahabat untuk menarik zakat dari Tsa'labah. Sayang,
Tsa'labah menolak mentah-mentah utusan Nabi itu.
Ketika utusan Nabi datang hendak melaporkan kasus
Tsa'labah ini, Nabi menyambut
utusan itu dengan ucapan beliau, "Celakalah
Tsa'labah!"

Nabi murka, dan Allah pun murka! Saat itu turunlah Qs
at-Taubah: 75-78

"Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada
Allah, "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian
karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah
dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh."

Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian
dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan
berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang
selalu membelakangi (kebenaran).

Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka
sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena
mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah
mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka
selalu berdusta.

Tidaklah mereka tahu bahwasannya Allah mengetahui
rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasannya Allah amat
mengetahui yang ghaib?"

Tsa'labah mendengar ada ayat turun mengecam dirinya,
ia mulai ketakutan. Segera ia temui Nabi sambil
menyerahkan zakatnya. Akan tetapi Nabi menolaknya,
"Allah melarang aku menerimanya." Tsa'labah menangis
tersedu-sedu. Setelah Nabi wafat, Tsa'labah
menyerahkan zakatnya kepada Abu Bakar, kemudian Umar,
tetapi kedua Khalifah itu menolaknya. Tsa'labah
meninggal pada masa Utsman.

Dimanakah Ts'alabah sekarang?

Jangan-jangan kitalah Tsa'labah-Tsa'labah baru
yang dengan linangan air mata memohon agar rezeki
Allah turun kepada kita, dan ketika rezeki itu turun,
dengan sombongnya kita lupakan ayat-ayat Allah.

Bukankah kita dengan alasan sibuk berbisnis tak lagi
sempat sholat lima waktu. Bukankah dengan alasan ada
"meeting penting" kita lupakan perintah untuk sholat
Jum'at. Bukankah ketika ada yang meminta sedekah dan
zakat, kita ceramahi mereka dengan cerita bahwa harta
yang kita miliki ini hasil kerja keras, siang-malam
membanting tulang; bukan turun begitu saja dari
langit, lalu mengapa orang-orang mau enaknya saja
minta sedekah tanpa harus kerja keras.

Kitalah Tsa'labah....Tsa'labah ternyata masih hidup
dan "mazhab"-nya masih kita ikuti...

Konon, ada riwayat yang memuat saran Nabi Muhammad SAW
(dan belakangan digubah
menjadi puisi oleh Taufiq Ismail),

"Bersedekahlah, dan jangan tunggu satu hari nanti di
saat engkau ingin bersedekah tetapi orang miskin
menolaknya dan mengatakan 'kami tak butuh uangmu, yang
kami butuhkan adalah darahmu'!"

Dahulu Tsa'labah menangis di depan Nabi yang tak mau
menerima zakatnya. Sekarang ditengah kesenjangan
sosial di negeri kita, jangan-jangan kita bukan hanya
akan menangis namun berlumuran darah ketika orang
miskin menolak sedekah dan zakat
kita!


Dikutip dari milis masyarakat-muslimv

Rabu, 21 April 2010

Lelaki Air Mata




Ia hadir hampir dalam setiap denyut nadi gerakan dan aktivitas mahasiswa. Penampilannya sederhana. Sikapnya santun. Mudah tersenyum. Suka menyapa, perhatian, dan ringan tangan.

Saya baru mengenalnya ketika mengikuti sebuah acara seminar. Ia tampil sebagai pemateri. Air mukanya yang jernih dan tenang telah mampu menarik perhatian setiap pendengar. Untaian kata-katanya yang lembut, jelas, dan tepat semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi semua orang. Kata-katanya penuh ilmu dan hikmah. Bahkan candanya sekalipun tak kosong dari ilmu dan hikmah. Sehingga kesempatan bisa duduk dan ngobrol dengannya menjadi kesenangan tersendiri bagi saya.

Sangat gemar membaca, tak jarang setelah seharian kuliah ia sering ditemukan asyik menikmati buku-buku di Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo (PMIK). Full aktivitas, kegiatannya hampir tak terputus dan tanpa henti. Kendati demikian ia tidak pernah kehilangan kesempatan shalat berjamaah di mesjid, takbir pertama bersama imam.

Walau sibuk, ia tak lupa menyempatkan diri bermesraan dengan mushâf saku yang selalu ia bawa. Ia selalu tampak kuat, bersemangat dan bisa menyelesaikan setiap pekerjaan dengan baik. Kebaikan yang ada pada dirinya mendorong saya untuk ingin lebih dekat mengenalnya. Saya ingin mengetahui apa yang menjadi rahasia kekuatan semangat, ketenangan, dan kejernihan hati dan pikirannya.

Menurut salah seorang teman yang tinggal serumah dengannya, bahwa ia sering kedapatan menangis. Ya, ia sering ditemukan terisak menangis. Ketika ditanya kenapa ia menangis, ia berkata, "Akhi, kita hidup di dunia hanya sebentar, kematian datang kapan saja, setiap amal kita akan dihisab dan saya tidak tahu apakah kelak di akhirat saya akan tergolong menjadi ahli sorga ataukah neraka."

Suatu kali ketika shalat subuh berjamaah, saya berdiri di sampingnya. Dan saat itu imam membaca ayat, "Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang. Maka dia akan berteriak, "Celakalah aku". Dan dia akan masuk kedalam api yang menyala-nyala (neraka). Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya." (Al-Insyiqâq: 10-15 ).

Saya mendengar ia menangis sejadi-jadinya, saya seakan-akan mendengarkan air mendidih dari rongga dadanya.

Seusai shalat, saya melihat tangisan itu masih membekas di wajahnya. Hatinya begitu lembut, begitu mudah tersentuh dengan Al-Qur`ân.

Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh pendahulu kita, para al-Salafus Sâlih. Menurut suatu riwayat, jika mengerjakan shalat subuh, Umar r.a. sering membaca surat Al-Kahfi, Thaha dan surat-surat lain yang sama panjangnya dengan surat itu. Pada saat itulah Umar r.a sering menangis sehingga tangisannya terdengar ke barisan belakang. Pada suatu ketika dalam shalat subuh , Umar r.a membaca surat Yusuf, ketika sampai pada ayat, "Sesungguhnya hanya pada Allah saya mengadukan kesusahan dan kesedihanku. " ( Yusuf : 86 )

Umar r.a menangis terisak-isak sehingga suaranya tidak lagi terdengar ke belakang. Terkadang dalam shalat tahajudnya Umar Ra. membaca ayat-ayat Al-Qur`ân sambil menangis sehingga ia terjatuh dan sakit. Inilah perasaan takut pada Allah seorang yang apabila disebut namanya saja, akan menggetarkan dan membuat takut hati raja-raja besar.

Rasulullah Saw. bersabda, "Akar dari kebijaksanaan adalah takut kepada Allah."

Suatu hari Rasulullah Saw. melewati seorang sahabat yang sedang membaca Al-Qur`ân, ketika sahabat tadi sampai pada ayat, "Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah seperti kulit yang merah." (Ar-Rahman: 37), maka bulu pembaca tadi berdiri tegak dan dia menangis terisak-isak dan berkata, "Aduh, apakah yang akan terjadi pada diriku apabila langit terbelah pada hari kiamat? Sungguh malang nasibku." Nabi berkata padanya, "Tangisanmu membuat para malaikat ikut menangis bersamamu."
Abdullah bin Rawahah salah seorang sahabat Rasulullah Saw., pada suatu hari menangis dengan sedihnya, melihat keadaan itu istrinya pun turut menangis bersamanya. Dia bertanya pada istrinya, "Kenapa engkau menangis?" istrinya menjawab, "Apa yang menyebabkan engkau menangis, itulah yang menyebabkan saya menangis." Abdullah berkata, "Ketika saya ingat bahwa saya harus menyeberangi neraka melalui shirat, saya tidak tahu apakah saya akan selamat atau tidak."

Rasulullah Saw. bersabda : "Wajah yang dibasahi air mata karena takut pada Allah walaupun sedikit akan diselamatkan dari api neraka." Beliau juga bersabda, "Jika seseorang menangis karena takut pada Allah maka dia tidak akan masuk neraka, seperti tidak mungkinnya air susu masuk kembali ke putingnya."

Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Adakah diantara pengikut-pengikutmu yang akan masuk surga tanpa hisab?", "Ia" jawab Nabi. "Dia adalah orang yang banyak menangis karena menyesali dosa-dosa yang telah ia lakukan."

Dalam kesempatan lain Rasulullah Saw. bersabda, "Ada dua jenis tetesan yang sangat disukai oleh Allah, tetesan air mata karena takut pada-Nya dan tetesan darah karena perjuangan di jalan-Nya."

Sungguh masih banyak lagi riwayat yang menjelaskan penting dan bermanfaatnya menangis karena takut pada Allah Swt. sambil menyesali dosa-dosa dan mengingat kebesaran Allah. Dan kisah-kisah diatas adalah suatu teladan bagi kita.
Ternyata air mata tidak selamanya menjadi simbol kelemahan, di dalamnya justru terdapat kekuatan, ada daya rubah yang luar biasa. Dengannya banyak pekerjaan besar bisa diselesaikan secara optimal. Terutama saat-saat bersama Al-Qur`ân, disaat sendiri mengingat dosa dan kesalahan.

Marilah kita melihat diri kita yang bergelimang dengan noda dan dosa, diri yang tidak pernah merasa takut dengan siksa Allah. Mata yang sangat jarang atau bahkan tidak pernah menangis karena takut pada Allah. Dan mari kita hitung, sampai detik ini, sudah berapa kali air mata kita menetes karena takut pada Allah? Karena mengingat dosa-dosa dan kesalahan kita dan karena mengingat siksa-Nya.
Wallâhul musta`ân wa a`lam

Dimuat di : http://www.warnaislam.com/kajian/quran/2009/4/6/720/Kekuatan_Air_Mata.htm

Jumat, 09 April 2010

MY BAG AND MY MIND

My Bag :

Setiap hari, sebagian besar dari kita membawa tas kerja dalam perjalanan pergi dan pulang kantor. Untuk kaum wanita, tas merupakan salah satu atribut penampilan yang penting. Waktu libur, cobalah kita bongkar semua isi tas kita.
Ternyata sepertiga atau separuh dari isi tas itu adalah barang yang sudah tidak kita perlukan: struk ATM yang sudah buram, bungkus tissue, agenda atau buku yang jarang dibaca, sekumpulan uang logam, ballpoint yang sudah macet, kumpulan tagihan kartu kredit bulan-bulan lalu dsb dsb. Meskipun mungkin ringan, tetapi barang-barang yang tidak diperlukan itu terus menambah berat tas kita, sehingga kita harus membuang barang-barang tidak berguna yang membebani tas kita

My Mind :

Mirip dengan my bag di atas, pikiran kita (tanpa disadari) selama ini sering kita bebani dengan hal-hal yang tak perlu juga: penyesalan masa lalu, rasa kecewa, kejengkelan dan iri kepada rekan kerja lain, sikap egois dan kurang kooperatif, perasaan tidak puas atas kondisi yang terjadi, snobisme, obsesi-obsesi yang kurang realistis, konflik keluarga dsb dsb. Pikiran-pikiran yang tak perlu itu akan terus membebani perjalanan hidup kita, sehingga dampaknya, wajah akan kelihatan kurang bersinar, suntuk/jutex, punggung terasa berat (karena pikiran berkorelasi dengan punggung), stress, hidup kurang nyaman dan
yang paling parah adalah kita akan selalu membenci hal-hal yang tak sesuai dengan kemauan kita.

Yang harus kita lakukan terhadap my mind adalah sama dengan apa yang kita lakukan dengan my bag di atas, buanglah segala beban pikiran yang tidak ada manfaatnya itu. Percayalah, hidup Anda di hari berikutnya terasa jauuuuuhhhh lebih nyaman, makanan akan terasa lebih enak, kita akan lebih jarang sakit. Bekerja menjadi lebih nyaman meskipun
kita menghadapi rutinitas yang itu itu saja, dan juga kita akan betah untuk terus bekerja walau harus menghadapi orang-orang yang kadang tak kita sukai.

Ciptakan "POSITIVE THINKING" di setiap pagi ketika kita bangun tidur, karena pikiran itu erat sekali kaitannya dengan fisik kita.
Biarkan positive thinking itu bekerja di dalam diri kita hingga akhirnya, keindahan hari itu akan ditentukan oleh kita, dan cara pandang kita dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap masalah
easier said than done, but try it

Rabu, 07 April 2010

Jadi Ikhwan jangan cengeng..


Jadi Ikhwan jangan cengeng..



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Dikasih amanah pura-pura batuk..

Nyebutin satu persatu kerjaan biar dikira sibuk..

Afwan ane sakit.. Afwan PR ane numpuk..

Afwan ane banyak kerjaan, kalo nggak selesai bisa dituntut..

Afwan ane ngurus anu ngurus itu jadinya suntuk..

Terus dakwah gimana? digebuk?



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Dikit-dikit dengerin lagunya edcoustic..

udah gitu yang nantikanku di batas waktu, bikin nyelekit..

Ke-GR-an tuh kalo ente melilit..

Kesehariannya malah jadi genit..

Jauh dari kaca jadi hal yang sulit..

Hati-hati kalo ditolak, bisa sakiiiittt…



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Dikit-dikit SMSan sama akhwat pake Paketan SMS biar murah..

Rencana awal cuma kirim Tausyiah..

Lama-lama nanya kabar ruhiyah.. sampe kabar orang rumah..

Terselip mikir rencana walimah?

Tapi nggak berani karena terlalu wah!

Akhirnya hubungan tanpa status aja dah!



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Abis nonton film palestina semangat membara..

Eh pas disuruh jadi mentor pergi entah kemana..

Semangat jadi penontonnya luar biasa..

Tapi nggak siap jadi pemainnya.. yang diartikan sama dengan hidup sengsara..

Enak ya bisa milih-milih yang enaknya aja..



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Ngumpet-ngumpet buat pacaran..

Ketemuan di mol yang banyak taman..

Emang sih nggak pegangan tangan..

Cuma lirik-lirikkan dan makan bakso berduaan..

Oh romantisnya, dunia pun heran..

Kalo ketemu Murabbi atau binaan..

Mau taruh di mana tuh muka yang jerawatan?

Oh malunya sama Murabbi atau binaan?

Sama Allah? Nggak kepikiran..

Yang penting nyes nyes romantis semriwing asoy-asoy-yaannn. .



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Disuruh infaq cengar-cengir. .

Buat beli tabloid bola nggak pake mikir..

Dibilang kikir marah-marah dah tuh bibir..

Suruh tenang dan berdzikir..

Malah tangan yang ketar-ketir. .

Leher saudaranya mau dipelintir!



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Semangat dakwah ternyata bukan untuk amanah..

Malah nyari Aminah..

Aminah dapet, terus Walimah..

Dakwah pun hilang di hutan antah berantah..

Dakwah yang dulu kemanakah?

Dakwah kawin lari.. lari sama Aminah..

Duh duh… Amanah Aminah..

Dakwah.. dakwah..

Kalah sama Aminah..



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Buka facebook liatin foto akhwat..

Dicari yang mengkilat..

Kalo udah dapet ya tinggal sikat..

Jurus maut Ikhwan padahal gak jago silat..

"Assalammu'alaykum Ukhti, salam ukhuwah.. udah kuliah? Suka coklat?"

Disambut baik sama ukhti, mulai berpikir untuk traktir Es Krim Coklat ..

Akhwatnya terpikat..

Mau juga ditraktir secara cepat..

Asik, akhirnya bisa jg ikhtilat…

yaudah.. langsung TEMBAK CEPAT!

Akhwatnya mau-mau tapi malu bikin penat..

badan goyang-goyang kayak ulat..

Ikhwannya nyamperin dengan kata-kata yang memikat..

Kasusnya sih kebanyakan yang `gulat'..

Zina pun menjadi hal yang nikmat..

Udah pasti dapet laknat..

Duh.. maksiat.. maksiat…



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Ilmu nggak seberapa hebat..

Udah mengatai Ustadz..

Nyadar diri woi lu tuh lulusan pesantren kilat..

Baca qur'an tajwid masih perlu banyak ralat..

Lho kok udah berani nuduh ustadz..

Semoga tuh otaknya dikasih sehat..



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Status facebook tiap menit ganti..

Isinya tentang isi hati..

Buka-bukaan ngincer si wati..

Nunjukkin diri kalau lagi patah hati..

Minta komen buat dikuatin biar gak mati bunuh diri..

Duh duh.. status kok bikin ruhiyah mati..

Dikemanakan materi yang ustadz sampaikan tadi?



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Ngeliat ikhwan-ikhwan yang lain deket banget sama akhwat mau ikutan..

Hidup jadi kayak sendirian di tengah hutan rambutan..

Mau ikutan tapi udah tau kayak gitu nggak boleh.. tau dari pengajian..

Kepala cenat-cenut kebingungan. .

Oh kasihan.. Mendingan cacingan..



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Ngeliat pendakwah akhlaknya kayak preman..

Makin bingung nyari teladan..

Teladannya bukan lagi idaman..

Hidup jadi abu-abu kayak mendungnya awan..

Mau jadi putih nggak kuat nahan..

Ah biarlah kutumpahkan semua dengan cacian makian..

Akhirnya aku ikut-ikutan jadi preman..

Teladan pun sekarang ini susah ditemukan..



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Diajakain dauroh alasannya segudang..

Semangat cuma pas diajak ke warung padang..

Atau maen game bola sampe begadang..

Mata tidur pas ada lantunan tilawah yang mengundang..

Tapi mata kebuka lebar waktu nyicipin lauk rendang..

Duh.. berdendang…



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Bangga disebut ikhwan.. hati jadi wah..

Tapi jarang banget yang namanya tilawah..

Yang ada sering baca komik naruto di depan sawah..

Hidup sekarang jadinya agak mewah..

Hidup mewah emang sah..

Tapi.. kesederhanaan yang dulu berakhir sudah?



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Dulunya di dakwah banyak amanah..

Sekarang katanya berhenti sejenak untuk menyiapkan langkah..

Tapi entah kenapa berdiamnya jadi hilang arah..

Akhirnya timbul perasaan sudah pernah berdakwah..

Merasa lebih senior dan lebih mengerti tentang dakwah..

Anak baru dipandang dengan mata sebelah..

Akhirnya diam dalam singgasana kenangan dakwah..

Dari situ bilang.. Dadaaahhh.. Saya dulu lebih berat dalam dakwah..

Lanjutin perjuangan saya yah…



Jadi Ikhwan jangan cengeng..

Nggak punya duit jadinya nggak dateng Liqo..

Nggak ada motor yaa halaqoh boro-boro..

Murabbi ikhlas dibikin melongo..

Binaan nggak ada satupun yang ngasih info..

Ngeliat binaan malah pada nonton tv liat presenter homo..

Adapula yang tidur sambil meluk bantal guling bentuk si komo..



Oh noo…



Jadi Ikhwan jangan cengeng…

Jadi Ikhwan jangan cengeng…

Jadi Ikhwan jangan cengeng…

Jadi Ikhwan jangan cengeng…

Jadi Ikhwan jangan cengeng…



Akhi… banyak sekali sebenarnya masalah Ikhwan..

Dimanapun harokahnya…



Akhi.. Di saat engkau tak mengambil bagian dari dakwah ini..

Maka akan makin banyak Ikhwan lain yang selalu menangis di saat mereka mengendarai motor.. Ia berani menangis karena wajahnya tertutup helm… Ia menangis karena tak kuat menahan beban amanah dakwah..



Akhi.. Di saat engkau kecewa oleh orang yang dulunya engkau percaya.. Ikhwan-ikhwan lain sebenarnya lebih kecewa dari mu.. mereka menahan dua kekecewaan.. kecewa karena orang yang mereka percaya.. dan kecewa karena tidak diperhatikan lagi olehmu.. tapi mereka tetap bertahan.. menahan dua kekecewaan… karena mereka sadar.. kekecewaan adalah hal yang manusiawi.. tapi dakwah harus selalu terukir dalam hati..



Akhi.. disaat engkau menjauh dari amanah.. dengan berbagai alasan.. sebenarnya, banyak ikhwan di luar sana yang alasannya lebih kuat dan masuk akal berkali-kali lipat dari mu.. tapi mereka sadar akan tujuan hidup.. mereka memang punya alasan.. tapi mereka tidak beralasan dalam jalan dakwah.. untuk Allah.. demi Allah.. mereka.. di saat lelah yang sangat.. masih menyempatkan diri untuk bangun dari tidurnya untuk tahajjud.. bukan untuk meminta sesuatu.. tapi mereka menangis.. curhat ke Allah.. berharap Allah meringankan amanah mereka.. mengisi perut mereka yang sering kosong karena uang habis untuk membiayai dakwah…



Akhi.. Sungguh.. dakwah ini jalan yang berat.. jalan yang terjal.. Rasul berdakwah hingga giginya patah.. dilempari batu.. dilempari kotoran.. diteror.. ancaman pembunuhan….. dakwah ini berat akhi.. dakwah ini bukan sebatas teori.. tapi pengalaman dan pengamalan… tak ada kata-kata `Jadilah..!' maka hal itu akan terjadi.. yang ada `jadilah!' lalu kau bergerak untuk menjadikannya. . maka hal itu akan terjadi.. itulah dakwah… ilmu yang kau jadikan ia menjadi…



Akhi.. jika saudaramu selalu menangis tiap hari..

Bolehkah mereka meminta sedikit bantuanmu..? meminjam bahumu..? berkumpul dan berjuang bersama-sama… ?

Agar mereka dapat menyimpan beberapa butir tangisnya.. untuk berterima kasih padamu..

Juga untuk tangis haru saat mereka bermunajat kepada Allah dalam sepertiga malamnya..

"Yaa Allah.. Terimakasih sudah memberi saudara seperjuangan kepadaku.. demi tegaknya Perintah dan laranganMu… Kuatkanlah ikatan kami…"



"Yaa Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam da'wah kepada-Mu, berpadu dalam membela syariat-Mu."



"Yaa Allah, kokohkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukillah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah pudar."



"Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah hati kami dengan ma'rifat kepada-Mu. Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu."



"Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong. Yaa Allah, kabulkanlah. Yaa Allah, dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, Muhammad SAW, kepada para keluarganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka."



Aamiin Allahumma aamiin.

400 Anak Palestina menjadi Tawanan Israel


Tidak seperti anak-anak lainnya di belahan dunia lain, yang merayakan Hari Anak dengan keceriaan. Anak-anak Palestina merayakannya dengan keprihatinan dibawah penindasan dan penjajahan rezim Zionis Israel. Ratusan anak Palestina bahkan harus menjalani masa kanak-kanaknya di dalam penjara Israel.

Laporan Palestine Center for Defending the Detainees (PPCD) menyebutkan bahwa saat ini ada 400 anak Palestina di penjara-penjara Israel. Mereka mengalami berbagai bentuk tindak kekerasan yang dilakukan para tentara Israel. Anak-anak itu di tempatkan dalam sel-sel yang kecil dan penuh penghuni, bahkan ada yang ditempatkan di sel isolasi yang sempit dan gelap.

Pengadilan Israel juga memberlakukan mereka sebagai orang dewasa dalam proses pengadilan dan lembaga pemasyarakat Israel tidak memberikan hak untuk dikunjungi bagi tahanan anak-anak itu.

Menurut laporan itu, Israel sudah mengajukan lebih dari 231 anak Palestina ke pengadilan. Sementara lebih dari 100 anak Palestina masih menunggu kasusnya diproses secara hukum. Padahal banyak diantara anak-anak itu yang ditangkap dan dijebloskan ke penjara tanpa tuduhan yang jelas dan kasusnya tidak pernah diselesaikan di pengadilan.

Sama seperti tahanan Palestina lainnya yang ditahan di penjara Israel, anak-anak Palestina itu juga tidak mendapatkan hak-hak dasarnya seperti kebutuhan akan pakaian, pendidikan dan kesehatan. Saat ini, ada sekitar anak Palestina di penjara Israel yang membutuhkan perawatan kesehatan segera dan sedikitnya ada 10 anak yang diberi makanan dengan kualitas buruk dan sebenarnya menjadi racun bagi tubuh anak-anak itu.

Nasib dan kondisi anak-anak Palestina itu luput dari perhatian organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional. Untuk itu PCDD mendesak mereka agar ikut campur tangan menekan Israel agar menghormati hukum internasional dan membebaskan tahanan anak-anak.

Warga Palestina yang menjadi tawanan Israel jumlahnya mencapai lebih dari 8.000 orang, dan 1.600 orang diantaranya menderita sakit. 16 tawanan diketahui menderita kanker tapi tidak diberi akses pengobatan oleh otoritas penjara Israel. Sedangkan 500 tawanan harus segera dioperasi, 160 tawanan menderita sakit jantung, ginjal dan penyakit serius lainnya, 18 tawanan lumpuh, 80 tawanan menderita diabetes, 2 tawanan menderita kebutaan, 40 tawanan ditembak dan mengalami luka-luka saat penangkapan dan sesudah penangkapan, 41 tawanan secara rutin harus menjalani berobat jalan di rumah sakit penjara Al-Ramlah yang minim peralatan dan persediaan medisnya. (ln/imemc)
http://eramuslim.com/berita/dunia/400-anak-palestina-menjadi-tawanan-israel.htm

Kamis, 01 April 2010

Sayang Anak? Perbaiki Otak Kita!



Selasa, 30/03/2010 00:23 WIB | email | print | share

Oleh Fatimah Ali Salsabila

Dering SMS menyapa kotak kecil telekomunikasiku. Isinya Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Kaum wanita datang menghadap Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bertanya: “Ya Rasulullah, kaum pria telah pergi dengan keutamaan dan jihad di jalan Allah. Adakah perbuatan bagi kami yang dapat menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah?” Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Barangsiapa di antara kalian berdiam diri di rumahnya maka sesungguhnya ia telah menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah.” (HR Al-Bazzar)

Perlahan kubaca tiap baitnya, dan terpaku pada satu bait “Barangsiapa di antara kalian berdiam diri di rumahnya maka sesungguhnya ia telah menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah.” Sebenarnya saya sudah pernah mendengar hadits ini, tapi entah kenapa mataku terpaku pada kata-kata berdiam diri di rumah. Pikiranku penuh sesak dengan pertanyaan-pertanyaan, bahkan teman yang kutanyakan tak mampu “memuaskan” rasa penasaranku. Tiba-tiba teringat kisah para sahabiyah, hei lihatlah, disana ada ummu Khadijah, istri tercinta baginda Rasul, beliau seorang pengusahawati yang kemudian ketika menikah dengan Rasulullah menjadi seorang istri yang sangat sangat shalihah, ada juga ummu Nusa’ibah binti Ka’ab, seorang muslimah pejuang pemberani dari kalangan Anshar dan beliau jago beladiri. Beliau-beliau adalah contoh seorang istri yang sholihah dan berarti tidak diam di rumah saja kan. Begitu pikiranku saat itu.

Keesokan harinya, Allah menuntunku menemukan jawaban atas segala kegelisahanku. Disebuah acara seputar otak anak. Garis besar dari acara itu adalah jika sepasang suami istri ingin mendapatkan anak yang sholeh maka kitanya juga harus sholeh dan terdidik, makna terdidik disini bukan berarti pendidikan formal semata, orangtua yang baik harus mengetahui bagaimana mendidik anak yang baik jadi minimal tahu ilmu seputar pendidikan anak.

Loh lalu apa kaitannya dengan otak? ternyata anak-anak yang terdidik dilahirkan dari orangtua yang mengasuh dirinya dengan benar. Banyak contoh di sekitar kehidupan kita, ibunya tidak bekerja alias hanya ibu rumah tangga tapi anaknya akhlaknya kurang baik, kenapa bisa begitu? ternyata pola asuhnya yang salah. Ibu kurang dalam mengasuh anaknya, anak tidak hanya cukup sandang pangannya saja tapi otaknya juga harus bagus. Semenjak janin dalam kandungan seharusnya calon anak harus banyak berinteraksi yang baik dengan kedua orangtuanya. Ibu hamil harus lebih sering mengelus perutnya sebagai wujud rasa sayang pada buah hati, pun begitu dengan bapak, dia juga harus berkomunikasi mengucapkan salam, mendo’akan anaknya. Saat hamil, seorang ibu lebih baik sering tilawah dan memperdengarkan al-Qur’an yang direkam menggunakan suara Ibu sendiri lalu diperdengarkan kepada anaknya karena hal itu sangat merangsang otak calon buah hatinya. Subhanallah, lebih baik dan lebih bagus dari sekedar mendengarkan musik klasik.

Subhanallah, ternyata perkembangan otak anak itu dimulai sejak dalam kandungan. Ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya dan benarlah bahwa anak sudah harus disekolahkan sejak dalam kandungan.

Banyak perkara-perkara yang bisa merusak otak anak, ditengah zaman yang penuh fitnah ini, zaman yang semakin “liar” dan mulai tidak berperasaan. Diantara perkara itu adalah penggunaan narkotika (narkoba dan zat adiktif lainnya), anak yang sering dimarahi atau dikasari Ibunya, tayangan-tayangan televisi yang tidak mendidik yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi dan ternyata pornografi dan pornoaksi inilah yang jahat sekali pada otak anak-anak, lebih jahat dari narkoba karena dia benar-benar merusak otak dan perilaku anak. Jangan heran jika kita melihat di televisi ada anggota dewan yang terhormat berkata yang tidak patut, tidak sopan dan tidak berpendidikan, bisa jadi otaknya sudah terkontaminasi dengan hal-hal yang kurang baik yang menciutkan otaknya.

Sekarang aku paham dan mengerti kenapa seorang Ibu adalah madrasah bagi anaknya. Ibu yang terdidik (dibantu oleh suaminya yang terdidik juga) saling bahu-membahu mendidik dan membesarkan anak. Apalah artinya gaji besar tapi anak terlantar. Aku juga tidak menafikan kebutuhan ekonomi, hanya disini kita harus lebih jeli bahwa anak adalah asset paling berharga yang kita miliki, karena bukan harta yang banyak yang akan menolong kita nanti di pengadilan Allah, tapi do’a anak yang sholeh-lah yang bisa meringankan dosa-dosa kita. Yakinlah akan pertolongan Allah. Jadi mari perbaiki otak kita agar kita nantinya bisa lebih siap mendidik anak-anak kita.

Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya.

Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya.

(Semoga ku bisa mengamalkannya nanti, amin)
Eramuslim

Bunda di Kampung Pemulung


’’Pak, anak saya mati lagi, muntah darah….’’ Belum lama ini Sari mengabarkan lewat SMS. Yang dia sebut sebagai anaknya itu adalah seorang bocah pemulung di Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat.



Di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang, Sari Wibowo memang menjadi bunda bagi puluhan anak setempat. Sapaannya, pelukannya, oleh-olehnya, senantiasa dirindukan para bocah. Mereka tak sungkan berebut memeluk sang bunda, walau itu membuat kusut jilbab bunda dengan cemong ingus dan bau sampah. Toh Sari enjoy aja.



Tak begitu saja Sari bisa enjoy membenamkan diri dalam kubangan kehidupan kampung pemulung. Kali pertama menginjakkan kaki di Bantar Gebang awal 2007, warga Perumahan Kemang Pratama Bekasi ini nyaris muntah.



" Jalan tanahnya becek, licin berlumur lumpur hitam. Belatung-belatung kecil bermunculan dari setiap jengkal tanah yang kulewati. Ratusan lalat ijo yang kekar-kekar menyerbu dari segala penjuru,’’ kenang Sari sambil tersenyum kecut.



Sekuat tenaga waktu itu Sari menahan mual. " Jangan sampai hamba muntah ya Allah, beri hamba kekuatan untuk mengabdi di sini,’’ batin Sari sambil terus meminum air kemasan yang dibawanya.



Kedatangan ibu muda yang klimis, tak urung mengundang curiga warga setempat. " Jangan-jangan dia menyelidiki untuk persiapan penggusuran’’ atau " Jangan-jangan dia meneliti untuk memindahkan TPA.’’



Namun, keibuan Sari lama-lama meluluhkan hati warga pemulung. Setelah beberapa kunjungan, ia mulai diterima. Kehadiran dan sepak terjangnya tidak dipertanyakan lagi. Bahkan disambut hangat.



Mushola yang terbengkelai di Kelurahan Sumur Batu, Sari hidupkan sebagai TPA (Taman Pendidikan Anak) Al Falah. Bermula dari beberapa bocah saja, santri Al Falah kini sudah menjadi 72 anak.



Itu yang masih tersisa hidup. " Beberapa anakku mati duluan. Ada yang karena makan baso kadaluwarsa, keracunan bangkai ayam, kena beling, muntaber, kurang makan….’’ Tangis Sari menghentikan kisah pilu bocah pemulung.



Karena mushola sudah over-kapasitas, mulai Oktober 2008 Sari memindahkan TPA ke rumah seorang warga dengan sewa Rp 3,5 juta per tahun. Ia juga menggaji 8 guru dari koceknya sendiri, yang besarnya Rp 200.000 sampai Rp 300.000 per bulan. Mereka itu warga setempat juga.



" Saya pernah beberapa kali coba mengajak relawan mengajar di sini. Tapi semuanya tak mampu bertahan lama menghadapi bau dan lalat,’’ ungkap Sari, yang diback-up penuh oleh sang suami.



" Alhamdulillah, kini di Sumur Batu telah berdiri sebuah PAUD, TPQ dan Majelis Taklim Al Falah,’’ Sari bersyukur.



September 2007, Sari mulai menggarap Kelurahan Serang, Bantar Gebang, untuk membentengi aqidah warga pemulung. Maklum, di situ beroperasi sebuah yayasan diakonia, yang menjadikan sembako sebagai penukar iman.



Sekali lagi berkat rahmat Ilahi, kini di Serang telah berlangsung TPA yang membina 30-an santri. Sedangkan ibu-ibu tak lagi teriming-imingi sembako yayasan. Mereka memilih ngaji di Majelis Taklim bersama Bunda Sari.



Mulai tahun ajaran 2008-2009, Al Falah menyelenggarakan Kejar Paket A (Setara SD), Paket B (Setara SMP) dan Paket C (Setara SMU) untuk anak pemulung yang putus sekolah dan nganggur.



" Alhamdulillah, kini alumni PAUD Al Falah mengantongi ijazah dari Diknas. Tahun ini 12 murid Kejar Paket Al Falah mengikuti Ujian Nasional,’’ ujar Sari penuh haru.



Lebih dari itu, dia sudah survey ke beberapa pesantren di Bogor untuk menitipkan alumni Al Falah. Sari ingin mereka kelak menjadi bapak dan bunda bagi adik-adiknya di Bantar Gebang. " Anak pemulung boleh jadi ustadz kan?’’ tanya Bunda Sari.



Sumber: Dompet Dhuafa Republika