Rabu, 10 Februari 2010

ADA JALAN KE SURGA DI ANGKOT


oleh Abdul Mutaqin Jumat, 20/11/2009 14:04 WIB

Naik kendaraan umum semisal Angkot memberikan kekayaan pengalaman untuk disikapi. Dari pengalaman yang menjengkelkan, menyenangkan bahkan mengharukan. Bagi siapa saja yang sanggup menangkap kesan dari semua itu, maka bertambahlah khazanah kearifan atas dirinya. Inilah karakter seorang mukmin, yaitu orang yang mampu menangkap hikmah yang berserakan di mana saja ia menjumpainya. Bagi yang menganggapnya hal biasa atau bahkan tak peduli, maka semua pengalaman itu menguap begitu saja tanpa kesan dan forgetted.
Di atas Angkot kita belajar kesabaran. Bayangkan, antara penumpang dan sopir memiliki jalan yang sama tetapi dengan kepentingan yang berbeda. Penumpang yang karyawan menginginkan cepat sampai di kantor agar tidak dimarahi atasan karena terlambat. Guru dan anak sekolah ingin cepat sampai di sekolah dan hadir di kelas tepat waktu. Pedagang ingin cepat sampai di pasar agar tidak kehilangan pembeli dan langganannya pindah ke pedagang lain. Maka, biarpun jok Angkot baru hanya satu dua penumpang yang mendudukinya, mereka menginginkan Angkot tetap berlari melaju mengejar waktu.
Tapi tidak bagi sang sopir. Hanya sisa satu celah penumpang yang belum terisi, Angkot masih enggan bergerak. Yang penting baginya setoran cukup dan ada sisa untuk anak isteri di rumah. Ia seperti tidak peduli dengan kegelisahan penumpang. Belum lagi setiap gang atau perempatan ia berhenti dan berharap ada penumpang baru.
Kadang sopirpun dibuat jengkel dengan sikap sebagian orang. Dari jauh ia sudah melambaikan tangan menawarkan tumpangan. Tapi orang yang ditawarinya tidak sedikitpun memberi respon ”ya” atau ”tidak”. Ia terus saja mendekati Angkot. Dan setelah ia sampai di bibir aspal, barulah ia menggelengkan kepala. Di sini bukan hanya sopir yang jengkel, tetapi juga penumpang. Maka tumpahlah umpatan kejengkelan:
”Bilang dari tadi kalo ga mau naik. Susah amat bilang ya atau tidak!”, mulut sang sopir meninggi.
”Sama Bang, tadi juga waktu ngetem Abang bilang langsung berangkat. Tapi lebih dari sepuluh menit kita naik, Abang baru jalan”, penumpang menimpali.
Booom!. Gas diinjak dengan keras. Semua penumpang terguncang. Ada yang berteriak. Lalu umpatan berlompatan dari setiap bibir penumpang. Ada yang istighfar sambil mengurut dada.
Situasi kisruh seperti itu sebenarnya tidak perlu terjadi asalkan semua pihak sama-sama sabar. Sama-sama mengerti kepentingan masing-masing. Penumpang harus sabar serta cermat menghitung waktu keberangkatan dan selisih waktu ngetem Angkot sehingga tidak khawatir terlambat. Jika perlu tambahkan waktu berangkat lebih awal lima atau sepuluh menit dari kalkulasi waktu normal. Dan jangan pelit sekedar memberi isyarat ”ya” atau ”tidak” pada ajakan tumpangan sopir Angkot. Sopir Angkotpun demikian. Jika janjinya berangkat, ya berangkat.
Satu waktu, Saya pernah tertegun dengan perbincangan sopir dan penumpang Angkot hingga ke dasar hati. Bukan persoalan waktu dan uang setoran antara mereka yang sulit dikompromikan. Tapi perbincangan soal iman walau entah seberapa besar kadar penjiwaan mereka masing-masing. Biarlah itu soal diri mereka dengan Tuhan. Yang jelas, pengalaman saya di Angkot waktu itu seperti perjalanan ruhani yang mengharukan. Hingga saat ini, saya masih mengoleksi kisah itu dan menjadikannya hiasan abadi di dinding ingatan untuk seumur hidup.
Sejak pertama kali melangkahi pintu Angkot itu, saya sudah diberi kesan ramah oleh seorang wanita yang duduk persis di belakang sopir. Saya heran, baru kali itu menurut saya, wanita etnik bersikap demikian. Saya akui, perasaan heran seperti demikian bukanlah sikap yang arif. Keramahan tidak mengenal etnik. Ia milik siapa saja meskipun kadarnya berbeda-beda. Walau kemudian nalar saya bekerja sendiri setelah mendengar isi perbincangan di tengah Angkot yang melaju.
”Masih julan Ci?”.
”Ya,kalo engga jualan, makan dari mana. Sekolah anak-anak siapa yang bayarin”.
”Tapi, sekarang cari uang susah ya Ci. Saya narik dari pagi, sisanya pas buat nutupun kebutuhan hari ini. Enci sih enak, Cuma nungguin toko, uang datang sendiri”.
“Alhamdulillah, tapi sama saja. Kalo rezeki lagi banyak ya banyak. Kalo lagi sepi ya, pas-pasan”.
Haa ..., alhamdulillah?. Kalimat itulah yang membuat saya terkesima. Padahal lafadz amat biasa saya ucapkan dan saya dengar. Namun kala itu, ungkapan pujian yang menjadi kebiasaan bagi kita orang Islam, terdengar begitu istimewa dan surprise. Diam-diam saya surprise. Namun semakin jauh perbincangan itu saya ikuti, semakin lazim tahmid yang keluar dari mulut wanita itu. Saya menjadi paham. Bahkan lebih dari sekedar paham. Sesudahnya Saya bahkan kagum.
“Ci maaf ya, saya dengar katanya, mantan suami ingin rujuk?”, sopir Angkot itu melanjutkan perbincangan.
”Tahu dari mana?”.
”Denger-denger aja. Di pangkalan sih santer kabarnya”.
Wanita itu tidak lagi menanggapi. Sepertinya ia tidak ingin masalah pribadinya diketahui orang lain. Saya lihat ia hanya tersenyum. Entah apa arti di balik senyumnya itu. Tapi akhirnya ia bercerita lebih panjang dan lebih substantif.
Menurutnya, mantan suaminya bukan sekedar mengajak kembali berkumpul sebagai suami isteri. Tapi mengajak pula kembali pada agama yang dulu dianutnya. Dengan Tegas ia menolak. Baginya mendapat hidayah Islam setelah sebelumnya ia kafir, adalah hadiah Allah yang tidak ternilai harganya. Ia sudah menentukan jalan hidup dengan memilih Islam sebagai keyakinannya. Ia akan tetap menjadi Islam sampai mati.
Keteguhannya pada Islam yang ia pilih, tidak bergeming dengan fasilitas yang dimiliki mantan suaminya. Bahkan ia berani menganjurkan agar suaminya bertaubat karena telah mempermainkan agama. Kembali memeluk Islam seperti beberapa waktu lalu dan sungguh-sungguh menjadi muslim yang taat. Apabila syarat itu dipenuhi, ia bersedia kembali ke rumah yang ditinggalkan dulu untuk menjadi pasangan dan orang tua bagi anak-anaknya.
”Keyakinan saya pada Islam sudah harga mati. Saya tidak akan mungkin menjualnya dengan apapun. Dengan begini saya sudah bahagia. Saya tidak akan memilih jalan yang belum jelas setelah saya mendapatkan petunjuk dan keselamatan”.
Bulu kuduk saya berdiri. Ya Allah Ya Rabb, Maha Benar Engkau dalam sabdaMu:
”Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi”. (terjemah QS. Al-A’raf [7] : 178).
Iman memang tidak dapat dibeli. Tidak juga diwariskan dari ayah yang beriman. Iman adalah kearifah Allah kepada siapa yang dikehendakiNya. Tetapi hidayah juga harus dicari dan diupayakan. Sebab begitu banyak Allah memberikan hidayah kepada orang yang telah berjuang keras untuk mendapatkannya. Maka, mempertahankan hidayah yang telah digenggam, menjadi lebih berarti bagi yang menghabiskan hidup di jalan Allah. Apapun taruhannya. Kali ini saya temukan tidak di masjid atau majlis ta’lim, tapi di jok Angkot.
Bisa jadi, orang seperti wanita di Angkot itu lebih merasakan manis dan lezatnya iman ketimbang kita yang dilahirkan dengan hidayah yang terpelihara. Mungkin pula mereka lebih keras ujian dan cobaannya ketimbang kita yang sejak semula telah ”nyaman” hidup di bawah atap hidayah. Tidak jarang mereka harus kehilangan keluarga karena diasingkan bahkan dibuang dari komunitas silsilahnya. Tidak sedikit pula yang dilukai fisiknya dan di teror mentalnya. Maka, bersyukurlah berlipat-lipat bagi siapa yang menjadi manusia pilihan Allah dan hidup di bawah bangunan Iman, Islam dan Ihsan sampai ia menutup kelopak mata.
***
”Selamat pagi, Pak”.
”Pagi. Ada yang bisa kami bantu?”.
Pagi sekali, seorang lak-laki mengetuk pintu ruang guru. Saya baru saja meletakkan tas dan membuka layar notebook. Jam baru menujuk angka 06.20 menit. Suasana masih sepi. Tadinya saya menduga laki-laki itu adalah wali murid.
”Pak, saya sopir Angkot. Saya hanya ingin mengembalikan handphone yang saya temukan di jok belakang mobil saya”, katanya membuka percakapan.
”Tapi, mengapa diantar ke sini?”, tanya saya.
”Tadi pagi ada sms, isinya menyebut kelas 7 D Madrasah Pembangunan. Nama pengirimnya juga jelas tertera sebagai siswa sekolah ini”.
Untuk yang kesekian kali, Saya bersyukur bertemu dengan sopir Angkot yang budiman. Saya sampaikan terima kasih. Segera saya persilahkan untuk menunggu dan saya tunjukkan kepada siapa ia harus berhubungan.
Alhamdulillah. Masih tersisa orang-orang baik di sekeliling kita. Masih ada Iman dan jalan ke surga meskipun di atas Angkot. Tinggal kita, bisakah memelihara Iman di manapun kita berada?

Ciputat, November 2009.
Abdul.

KENAPA YAHUDI PINTAR?????

Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada 3 tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana. Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, "Mengapa Yahudi Pintar?"
Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California, terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?
Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.
Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.
Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.
Stephen bertanya, "Apakah ini untuk anak kamu?"
Dia menjawab, "Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius."
Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.
Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.
Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.
Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.
Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, "Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),"
ungkapnya.
Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.
Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.
Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.
Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).
Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban.
Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar.
Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.
Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, "Perbandingan dengan anak anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !" katanya.
Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.
Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.
Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.
Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!
Anda terperanjat?
Itulah kenyataannya.
Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan.. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?
Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.
Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.
Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran.
Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.
Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur'an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka.
Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.
Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya.
Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.
Benarkah merokok dapat melahirkan generasi "Goblok!" kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.
"Lihat saja Indonesia," katanya seperti dalam tulisan itu.
Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts !!!
"Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?"

Selasa, 09 Februari 2010

Info Kesehatan nih teman ^_^

Atasi Nyeri Tumit Lewat Peregangan Regimen
Restia Juwita
03/01/2010 17:07 | Kesehatan
Liputan6.com, Rochester: Kondisi "plantar fasciitis", atau jaringan yang meradang dan membengkak pada telapak kaki, dapat menjadi kronis jika tidak diantisipasi, kata Dr Benedict DiGiovanni, seorang professor ortopedi di University of Rochester, seperti dilansir Healthaday, Minggu (3/1).

Berat badan atau menghabiskan banyak waktu berjalan atau berdiri dapat membawa kita pada kondisi seperti ini. Tanda-tanda pertama "plantar fasciitis" biasanya tumit sering merasa kesakitan ketika bangun dari tempat tidur, demikian informasi dalam rilis berita dari American Orthopaedic Foot & Ankle Society.

Jika tidak ditangani, rasa sakit dari plantar fasciitis dapat memperburuk dan mungkin menyebabkan masalah kaki, lutut, pinggang dan punggung akibat perubahan gaya berjalan. "Plantar fasciitis" juga pernah diderita seorang atlet . Quarterback New York Giants, Eli Manning pernah berjuang dengan masalah kondisi di kakinya hampir sepanjang musim.

Untuk mengobati plantar fasciitis, DiGiovanni merekomendasikan langkah awal mereda peradangan, renggangkan daerah yang sakit selama 20 menit, tiga atau empat kali sehari, dan lakukan latihan untuk meregangkan tendon Achilles di bagian belakang tungkai bawah dan plantar fasia, atau jaringan ikat yang mendukung lengkungan kaki.

Peregangan harus dilakukan sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari. Peregangan harus diulangi empat atau lima kali per hari untuk bulan pertama, dan tendon Achilles dua kali sehari, pagi dan sore, jelas DiGiovanni.

Pilihan lain termasuk menggunakan obat anti-inflamasi, atau gunakan sepatu dengan sol yang menyerap goncangan. Dengan mengambil langkah-langkah ini, sekitar 90 persen orang penderita "plantar fasciitis" bisa melihat perubahan yang signifikan dalam waktu dua bulan, kata DiGiovanni.

Jika nyeri berlanjut atau semakin buruk, dokter bedah ortopedi sering menyarankan agar tumit diinjeksi steroid dengan obat anti inflamasi, berjalan dengan gips.(RST/AYB)

pasti mau menjadi orang yang dirindukan oleh syurganya Allah SWT.

# Bismillahirohmanirohim

Kita yakin siapapun kita, pada strata sosial manapun kita, apapun prosfesi kita, dibumi manapun kita berpijak pasti mau menjadi orang yang dirindukan oleh syurganya Allah SWT. Tempat yang di idam-idamkan oleh seluruh makhluk Allah, tempat yang tidak terdengar di dalamnya perkataan yang tak berguna,sia-sia dan dusta, didalamnya ada mata air yang mengalir, takhta-takhta yang ditinggikan, gelas-gelas berisi minuman yang terletak dekat, bantal-bantal sandaran yang tersusun, permadani-permadani yang terhampar, kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang sebaya. Kebayang enggak indahnya syurga?

Rasulullah SAW, mengatakan : Syurga merindukan empat orang:

Pertama, orang yang senantiasa membaca Al-Qur'an. Nampaknya wajar jikalau syurga merindukan ahli qur'an ini karena sejak didunia saja mereka sudah diservis oleh Allah dengan ketenangan bathin, kasih sayang-Nya, kecintaannya, kemuliaan dan selalu di ingat oleh-Nya.

Kedua, penjaga lidah. Memang lidah tak bertulang tapi ia lebih tajam dari sebilah pedang, dampaknya akan mengakibatkan peperangan antar suami isteri, antar kelompok, bahkan antar dua bangsa. Efek negatifnya akan membuat orang menjadi sengsara, akan melenyapkan pahala kebaikan yang kita buat seperti api memakan kayu bakar, akan membuat puasa jadi hampa dan sia-sia. Namun bila kita

menjaganya, subhanallah begitu banyak kenikmatan akan kita raih, dengan lisan kita berdakwah, dengan lisan kita bertilawah, dengan lisan kita berdoa.

Ketiga, pemberi makan orang yang kelaparan. Sungguh, Allah Yang Maha berterimakasih (Syakuur) akan membalas sekecil apapun kebaikan kita kepada orang lain. Bila kita memberi minum kepada saudara kita yang kehausan maka Allah akan memberi kita minum pada hari kiamat nanti disaat orang-orang sedang dilanda dahaga, Bila kita memberi makan kepada saudara kita yang sedang kelaparan, niscaya Allah akan memberi kita makan di saat orang-orang kelaparan pada hari akhir nanti, Bila kita memberi pakaian kepada saudara kita didunia ini, niscaya

Allah akan memberi kita pakaian yang indah disaat orang-orang telanjang pada hari perhitungan nanti, bila kita memudahkan urusan saudara kita yang sedang kesulitan dan dihimpit permasalahan, yakinlah bahwa Allah akan memudahkan urusan kita sejak didunia ini. Pertolongan Allah akan datang kepada seorang hamba manakala sang hamba menolong saudaranya.

Keempat, Orang-orang yang berpuasa di bulan ramadhan. Di bulan yang mulia yang penuh berkah,

rahmat, ampunan ini Allah menjanjikan kepada kita akan pembebasan dari panasnya api neraka, pedihnya azab neraka dan kejamnya siksa neraka bila kita berpuasa, dan menghidupkan malamnya dengan shalat, qiro'at dan kholwat serta ibadah apapun dengan hanya mengharap ridho-Nya

Bila empat amal ini kita lakukan, nampaknya wajarlah bila syurga merindukan kehadiran kita Amien.

Wallahu’alam bishawab