Kamis, 06 Mei 2010

Bercermin Yuks!!!


BERCERMIN

INTRAKSI antara manusia ibarat sedang bercermin.Apabila dihadapan cermin kita tersenyum,
maka bayangan Kita pada cermin tersebut akan terlihat tersenyum pula.Begitu juga sebaliknya, manakala kita bercermin dalam keadaan marah, maka bayangan yang muncul akan terlihat marah juga.Jadi, apapun yang kita lakukan dihadapan cermin, maka hasilnya akan ada kesesuaian antara kondisi kita dengan bayangan.Disinilah berlaku pepetah : "Anda akan memetik apa yang Anda tanam" artinya apapun benih yang kita taburkan, maka itulah yang akan kita tuai.


Seperti itulah kita dalam bermu'amalah.Jika kita memperlakukan orang lain sarat dengan kasih sayang
yang melahirkan pengertian, mau memahami, merasakan perasaan orang, tumbuh perhatian, menghargai dengan tulus, toleransi dan lain sebagainya.Maka orang lain akan melakukan hal yang sama terhadap kita.Sebab kasih sayang yang kita tebarkan kepada orang lain adalah cerminan dari jiwa kita.Semakin hidup kasih sayang dalam sanubari kita, maka akan semakin indah orang lain bercermin terhadap diri kita.Orang lain akan melihat jernihnya pikiran kita, beningnya hati kita, dan halusnya jiwa kita.Secara otomatis kata-kata yang terluncur dari mulut kita enak di dengar.Tindak tanduk kita begitu teduh dipandang oleh mata.Wajah kita bercahaya.Senyum selalu kita dihadiahkan kepada setiap orang yang kita jumpai. Kasih sayang ini membentuk pusaran medan magnet.Memiliki lingkaran pengaruh cukup dahsyat. Sehingga siapapun yang terkena gelombangnya akan melakukan sikap yang sama.Artinya kasih sayang itu akan berbalas.


Hanya saja terkadang kasih sayang yang kita berikan kepada orang lain, tidak mampu ditangkap oleh
orang-orang yang hatinya kering dari air kasih sayang. Jiwanya gersang. Sebaik apapun kasih sayang yang kita berikan kepadanya, justru yang akan kita terima kebalikannya. Bagaikan kita mengelus dengan kasih sayang terhadap bisul seseorang.Yang ia rasakan adalah keperihan, penderitaan, dan kesakitan.Walaupun pada hakikat orang itu memiliki kasih sayang dilubuk hatinya.Cuma ia tidak mampu untuk mengungkapkannya saja.


Dan sebaliknya, bila yang kita berikan kepada orang lain adalah sebuah Kebencian yang ditampakkan dalam bentuk cacian, makian, hinaan, omelan,gerutuan, cemoohan, penipuan, penganiayaan, dan lain
sebagainya.Maka orang lainpun akan membalasnya tidak jauh dari apa yang kita berikan itu.Naifnya kita terkadang selalu menyalahkan sikap orang lain tanpa pernah memikirkan bahwa sikap orang lain itu berawal dari sikap kita. Kita berharap terlalu banyak dari orang lain. Kita menginginkan orang lain supaya memahami kita, sedangkan kita sendiri tidak mau memahami orang lain. Dengan kata lain kita senatiasa menyalahkan cermin. Bukan Diri kita sendiri.


Makanya janganlah sekali-kali kita belajar melukai hati orang lain, supaya hati kita tidak pernah luka.
Bila kita tidak pernah melukai orang lain, maka orang lain tidak akan punya alasan untuk melukai hati kita, sehingga kita selalu damai dibumi .Hidup penuh dengan persahabatan. Harmonis tanpa harus ada perpecahan.


Untuk melangkah ke arah sana, kita harus belajar memahami orang lain dan berlatih untuk peka terhadap perasaan orang lain. Kalau kita mampu merasakan sakit hati orang lain, maka kita tidak akan pernah melakukan sebuah kebencian.Dan untuk memahami orang lain tidak bisa kita lakukan tanpa kita memahami diri sendiri, atau dengan kata lain bercermin kepada diri sendiri. Kemampuan untuk bercermin kepada diri sendiri hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mampu memahami
dan menyadari Kasih sayang Allah SWT. Dan hati yang dapat meresapi kasih sayang Allah, pasti dapat juga memahami perasaan dirinya sendiri dan orang lain.


Orang yang tidak mampu bercermin kepada dirinya sendiri, tidak akan mampu menengok kesalahan dalam dirinya sendiri. Ia selalu beranggapan bahwa letak kesalahan pada orang lain. Ia juga sering menyalahkan semua orang, kecuali kepada dirinya sendiri, dan tidak pernah mengakui bahwa dirinyalah yang sebenarnya salah. Ia juga hanya memikirkan diri sendiri secara berlebihan alias egois dan tidak pernah berbuat yang bermanfa'at bagi orang lain. Kerjanya hanya membuat orang lain kecewa. Dan lebih parah lagi karena orang yang egois ini selalu memendam kebencian dan tidak
pernah mencurahkan kasih sayangnya kepada orang lain, maka ia tidak pernah merasa dikasihi oleh orang lain.


Kita harus ingat bahwa tujuan hidup kita adalah untuk menuai mardlotillah dengan menabur benih-benih rahmah dan manfa'ah. Kita harus memerankan sosok rahmatan lil 'alamien. Kasih sayang yang mengalir bagaikan mata air atau menebar seperti cahaya matahari. Membenci dan dibenci oleh orang orang lain bukanlah hal yang kita inginkan. Kecuali bila membenci itu ada landasan syar'I, seperti membenci kaum kuffar dan setiap pebuatan keji dan munkar. Namun sayang, dalam kehidupan kita sehari-hari sesama muslim, terkadang kita sering mengomel, menggerutu, dan mengeluh akan
sikap orang lain yang tidak kita sukai.Padahal tanpa kita sadari kita sudah mengembangkan sikap untuk membenci orang lain. Lalu dimanakah nilai kasih sayang itu ?


Oleh sebab itu, wahai para sahabatku, marilah kita bercermin kepada diri kita sendiri. Jangan terlalu
banyak menyalahkan orang lain. Kalau kita masih menganggap akar masalah berada pada orang lain, maka selamanya kita tidak akan keluar dari masalah itu. Salahkanlah diri sendiri. Tanyakan kepada hati nurani kita masing-masing, "Apa yang sudah aku berikan kepada orang lain ? Sudah betulkah sikapku terhadap orang lain ? Mengapa orang lain membenciku ? " Dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya yang harus kita jawab dengan hati yang jujur. Kita baru bisa mendekati kasih sayang, kalau hati kita terbuka dan kita mau mengakui kesalahan-kesalahan yang telah kita lakoni di masa lalu.


Itulah sekelumit hikmah yang dapat kita petik dari aktivitas kita sehari-hari, yaitu bercermin.Toh, kalau
ada mutiara kebenaran dalam tulisan ini, itu tidak lain curahan kasih sayang Allah SWT dalam lintasan
hati seorang Hamba yang lagi bercermin diri sendiri. Sebaliknya, manakala ada kebatilan, penulis mohon ampun kepada Allah SWT dan berharap itu akan dilupakan dari benak kita. Dan marilah kita bersama-sama bermunajat kepada-Nya :


"Wahai Allah, yang Maha mendengar segala kata-kata jorok yang terluncur dari mulut lancang kami, Kami faham dengan suara kami terlalu sering membuat orang lain hatinya terluka dan kecewa.Maka tanpa kasih sayang dan ampunan-Mu, tidak mungkin kami terhindar dari ancaman Adzab-Mu.Maka ampuni lah kami."

" Wahai Allah, yang Maha mengetahui setiap niat kotor yang terlintas disanubari kami, kami tahu betapa jauhnya hati ini dari cahaya kasih sayang-Mu.Selama ini hati kami begitu gelap oleh kebencian.Maka setetes Kasih sayang dari-Mu adalah Kehidupan dalam hati kami.Maka Rahmati-lah kami."


" Wahai Allah, yang Maha Melihat semua tindak-tanduk kami yang tidak senonoh, Kami sadar apa yang telah kami perbuat jauh dari nilai kasih sayang dan manfa'ah, maka berilah kami petunjuk dalam menggapai Ridla-Mu.Maka bimbingilah kami dalam menata diri." Amin yarobbal 'alamien

Wallahu 'alamu bish showab.

Dikutip dari ceramah Ustad Udo Wardah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar